Sejak mama hamil adik gue, keluarga gue nyewa pembantu buat bantu-bantu di rumah gue. *ya iyalah masa' rumah tetangga. Pembantu pertama gue adalah pembantu paling normal menurut gue. Tapi sayang dia harus berhenti kerja karena punya anak. Gue sempet nangis waktu dia keluar kerja. Walaupun banyak yang bilang gue gak punya hati, tapi sebenernya gue masih punya hati kok walaupun kecil.

Nah keanehan bermula semenjak dia pergi. Pembantu gue yang selanjutnya, gak ada satupun yang gak aneh. Entah ini kutukan atau cobaan hidup. Gue ceritain nih satu per satu, tapi nama mereka gue samarkan karena gue lupa nama mereka. Urutannya juga acak karena gue lupa juga. Detail cerita juga agak lupa karena gue punya masalah serius dengan daya ingat. Langsung aja deh.

1. Pembantu 1
Pembantu gue ini gak bisa apa-apa. Masak gak enak, bersih-bersih lama, pokoknya gak bisa diandalkan. Alhasil malah mama yang repot ngajarin dia buat nyelesaiin pekerjaan rumah. Dan akhirnya malah mama yang ngerjain pekerjaan rumah. Ini mana yang pembantu mana yang majikan? So, dia dipecat dengan halus.
Tak terasa udah tiga tahun ini gue kuliah. Sekarang gue jadi mahasiswi tingkat empat (baca : tua) Memasuki masa galau-galaunya kuliah karena bentar lagi bakalan ngerasain yang namanya SKRIPSI. Selama tiga tahun ini, banyak banget yang udah gue lakuin.

(hening)

(mikir)

(mangap)

Dalam hidup itu banyak sekali yang berubah. Teman-teman berubah, ekonomi berubah, usia berubah, berat badan berubah, muka berubah, tapi status jomblo gak berubah-berubah. *curhat. Perubahan yang sangat terasa adalah peralihan dari masa SMA ke masa kuliah. Ini adalah saat pertama kalinya aku dilepas jauh dari keluarga. Harus cari makan sendiri, nyuci sendiri, masak sendiri, ampe ngomong sendiri sama kucing kosan. Peribahasa kerennya "Bagai ayam kehilangan induk". Aku yang lahir dan besar di salah satu desa terpencil di kaki gunung di Jawa Tengah harus berhijrah ke Jawa Barat naik onta.. Really? Ya enggaklah. Sekarang udah zamannya pesawat terbang. Jarak jauh pun bisa ditempuh dengan cepat. Tapi berhubung gak ada bandara, ya apa boleh buat, aku naik mobil aja. Sebenernya emang gak mau naik pesawat sih. Jangankan naik pesawat, naik bianglala di pasar malem aja nangis minta turun. Ini kalimat yang masih kuingat sampai sekarang :


Ayam Ingkung
Bahan :
Laos 2 ujung jari
Serai 1 batang
Minyak goreng secukupnya
Air secukupnya
Gula jawa 3 ons
Kecap 1 botol kecil
Royco rasa ayam secukupnya