Gak terasa bulan ramadhan hampir berlalu. Rasanya baru kemarin merayakan Idul Fitri di kampung halaman. Tahun lalu, aku menghabiskan seluruh ramadhan di rumah. Kebetulan dulu bertepatan dengan semester pendek. Alhamdulillah nilaiku bagus jadi gak wajib ikutan semester pendek. Hhahahaa.  Bukan bermaksud sombong, tapi memang kenyataan. *dilempar panci. Banyak teman-teman ikut semester pendek. Gosip dari kakak kelas sih katanya semester pendek lebih gampang daripada kelas reguler. Tapi apa boleh buat, jiwa pemalasku gak memungkinkan untuk ikut semester pendek, jadi aku bersantai-santai di rumah.  

Tahun ini berbeda dengan tahun lalu, aku  harus puasa jauh di perantauan. Ramadhan kali ini bertepatan dengan kegiatan praktik lapang. Yah jadi semalas apapun aku, tetap harus ikutan praktik lapang. Hampa rasanya sahur di perantauan. Bukan karena selalu sahur sendirian, tapi makanannya itu loh. Telur, mie instan, nugget, telur, mie instan nugget,....,telur, mie instan, nugget. Ya cuma itu-itu aja tiap hari. Rasa mienya sih beda-beda tapi tetep aja namanya mie instan juga. Bahkan kalau lagi apes kesiangan, cuma minum segelas air putih. Yah gini nih nasibnya anak kos. Apalagi aku gak bisa masak karena peralatan gak memadai. Kemampuan juga gak memadai. Daripada aku makan masakan sendiri yang hampir mirip racun itu, mending makan mie instan tiap hari.

Walaupun sahur menderita, ada kebahagiaan juga di balik itu. Berat badanku turun saudara-saudara. Yah walaupun cuma 2 kg, tapi itu sangat berharga. *terharu. Tapi sepertinya kebahagiaan itu gak akan lama. Sebentar lagi lebaran akan segera datang. Lebaran adalah momennya memasukkan segala macam makanan  yang tidak kita makan selama tinggal di perantauan ke dalam perut yang artinya menimbun lemak secara drastis yang menyebabkan berat badan naik berkali-kali lipat lebih banyak daripada lemak yang berkurang saat puasa. Tsah intinya gagal kurus. *srot srot srot.

Ngomong-ngomong lebaran, ada momen yang tidak pernah terlewatkan olehku dan bahkan oleh kebanyakan orang seantero Indonesia. Yap apalagi kalau bukan mudik. Dua hari lagi aku mudik, tapi tiket belum ada di tangan. Gimana nasib aku selanjutnya? Khawatir gak dapat tiket terus harus mengabiskan masa lebaran menyendiri di kosan.  Kelaparan di kosan cuma makan kulit pisang sama kapur. Eh itu mah adegan film india. Ya semoga aja dapat tiket dan semoga orang yang duduk di sebelah aku nanti di bus adalah orang normal.

Dulu aku pernah duduk dengan orang yang sedang putus cinta. Dia gak ada henti-hentinya bercerita tentang mantannya. Padahal aku ngantuk banget. Dan akhirnya kutinggal tidur. Eh tau-tau dia marah terus bilang “Kamu gak punya perasaan ada orang lain  cerita kamu malah tidur”. Please siapa lo? Aku kenal aja enggak pake cerita panjang lebar segala. Udah tahu kalau tengah malam waktunya tidur. Huft emosi. Yah akhirnya cuma kujawab “I don’t care” lalu melanjutkan tidur. Ya asal tau aja otak dan emosi ku gak bekerja dengan baik kalau udah mulai ngantuk. Akhirnya dia mencari korban lain untuk bercerita. 

Selain orang itu, ada orang aneh lainnya. Waktu itu aku mudik sendirian lagi. Aku duduk di pojok bus dekat jendela. Satu per satu orang-orang mulai memasuki bus. Aku mengamati setiap orang yang naik ke bus. Ada ibu-ibu membawa anak, ada pemuda dengan tampang mesum, dan ada bermacam-macam lainnya. Nah tibalah suatu ketika dimana ada seorang bapak-bapak dengan jaket kulit dan wangi minyak nyong-nyong yang merasuk sampai ke ubun-ubun memasuki bus. Hal pertama yang aku lakukan adalah berdoa dengan khusyuk agar orang itu tidak duduk di sebelahku. Dia berjalan dengan pelan selangkah demi selangkah sampai melewati barisan kursiku. Sujud syukur dia gak duduk di sebelah saya, bisa mabok sepanjang jalan menghirup aroma itu sepanjang jalan. Tapi tiba- tiba.....

“Oh God, dia berjalan mundur” teriakku dalam hati. 

“Ini no 31 kan ya dek?” bapak itu bertanya padaku.

“Iya pak” jawabku sambil tersenyum paksa sambil meratap dalam hati. Ibarat kalau di anime, aku udah membiru.

Ah sial banget. Doaku gak manjur. Kayaknya kebanyakan dosa. Yah akhirnya sepanjang perjalanan mabok gara-gara wangi menyengat dari minyak itu.

Semoga mudik kali ini menyenangkan.



Comments (0)